Kamis, 25 November 2010

Apakah Tidur Itu?

Tidur adalah kebutuhan manusia paling pokok yang merupakan sebuah proses fundamental. Tidur didefinisikan sebagai kondisi pelepasan perseptual dari lingkungan yang bersifat sementara dan dapat berulang.
Rata-rata orang meluangkan 6 hingga 8 jam per hari untuk tidur, meski ada juga yang tidur hingga 10 jam per hari atau justru cukup 4 jam per hari. Berarti kita meluangkan hampir sepertiga hari, atau sepertiga hidup, kita untuk tidur, kendati banyak dari kita tidak pernah memikirkan hal tersebut.
Lumba-lumba sebagai mamalia yang cerdas dapat mengistirahatkan separuh otaknya dan mengaktifkan separuh lainnya saat berenang dan mengawasi sekeliling.
Singa tidur sekitar 12 jam per hari, dan mereka dapat melakukan itu karena posisinya yang berada di puncak rantai makanan. Gajah hanya tidur 4 jam per hari, yang mereka lakukan dengan posisi berdiri tegak. Beberapa orang mungkin dapat melakukan hal serupa, tapi kebanyakan orang pasti kesulitan untuk tidur terbalik seperti kelelawar selama 3 bulan sepanjang musim dingin.
Tidur adalah proses aktif
Kebanyakan kita menganggap tidur sebagai kejadian pasif: kita menutup mata dan semua fungsi jasmaniah kita berhenti.
Tidak seperti keyakinan umum, tidur adalah proses aktif yang melibatkan interaksi kompleks dengan fungsi metabolisme dan aktivitas dalam otak yang tinggi. Tidur terbagi ke dalam 2 fase utama: dream sleep atau tidur lelap (rapid eye movement / REM) dan non-dream sleep atau tidur tidak lelap (non-REM). Dream sleep disebut juga slow-wave sleep (SWS) karena gelombang-gelombang otak melambat hingga mencapai pola yang sangat lambat dan terkoordinasi.
Rata-rata, dream sleep atau tidur lelap meliputi sekitar 25% hingga 30% dari seluruh tidur orang dewasa. Pada anak-anak, dream sleep bisa mencapai 50% dari seluruh tidur malamnya. Penelitian mengenai aktivitas metabolisme otak selama fase tidur dan terjaga menunjukkan bahwa selama fase dream sleep aktivitas metabolisme pada sebagian besar otak meningkat dibandingkan pada fase non-dream sleep atau bahkan fase terjaga.
Mayoritas pakar meyakini bahwa dream sleep sangat penting bagi manusia. Sudah diterima secara luas bahwa dream sleep penting bagi kesehatan, penyegaran ulang memori, peremajaan dan kesiagaan mental. Karenanya, dream sleep vital bagi pikiran dan jasmani manusia. Ada beberapa obat yang bersifat penunjang non-dream sleep dan penggunanya akan cenderung merasa amat lelah dan letargi keesokan harinya. Biasanya mereka menganggap kondisi itu sebagai efek samping obat tersebut. Sebenarnya, kondisi itu adalah akibat kurangnya dream sleep pada malam sebelumnya. 

Dream sleep ditandai dengan otak yang sangat aktif sementara badan "lumpuh". Ini kesempurnaan anugerah Tuhan agar kita tidak memeragakan mimpi (misalnya jika bermimpi bermain bola, kita tidak menendang dan memeragakannya di tempat tidur, yang akan membahayakan teman tidur).
Tapi ini tidak terjadi pada pasien dengan saluran udara yang sempit, karena saluran udara yang sudah sempit itu akan kehilangan ketegangannya selama tidur lelap dan akhirnya kolaps, sehingga saluran udara bagian atas tersumbat, napas terhenti dan masukan oksigen berkurang. Akibatnya, terbentuklah tekanan pada jantung, otak dan organ tubuh lainnya.
Kondisi ini disebut apnea tidur obstruktif (OSA). Apnea tidur obstruktif merupakan kelainan tidur yang paling umum. Dampaknya terlihat pada tidur yang terganggu, sering terjaga dan kualitas tidur yang rendah. Kondisi ini serupa dengan yang dalam patofisiologi disebut, dan yang sering kita dengar sehari-hari sebagai, kurang tidur. Saat siang hari, pasien merasa mengantuk berlebihan, konsentrasi rendah, daya ingat turun dan mudah marah. Dalam jangka panjang kondisi ini memiliki konsekuensi medis seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke dan kematian mendadak selagi tertidur.
Kurang Tidur
Pada titik tertentu selama sehari setiap orang harus tidur. Jika tuntutan kerja memaksa kita melampaui batas, dan kita tidak tidur selama lebih dari 24 jam, defisit tidur itu akan mengumpul dan refleks serta fungsi mental kita akan menurun. Seiring bergantinya hari, kekurangan tidur ini akan terus mengumpul dan membuat kita menjadi kurang produktif di tempat kerja, mudah murah, depresi dan tertidur saat mengemudi.
Kurang Tidur Menumpulkan Kinerja
Beberapa faktor terkait tidur mempengaruhi kinerja.
1. Dorongan homeostasis untuk tidur malam sangat ditentukan oleh berapa jam kita telah terjaga secara terus-menerus. Selama terjaga tersebut, kita membentuk kebutuhan yang terus dan terus kuat akan istirahat. Kebanyakan kita menganggap dapat mengontrol kebutuhan akan tidur ini, dan kita dapat memilih kapan tidur dan kapan bangun. Yang benar ialah saat kita terlalu lelah, otak akan serta-merta mengambil alih kontrol itu, dan tertidurlah kita.
2. Faktor kedua adalah total waktu tidur seseorang selama beberapa hari terakhir. Jika seseorang dapat tidur setidaknya 8 jam per malam, maka tingkat kesiagaannya akan tetap stabil sepanjang hari. Tapi jika seseorang mengalami gangguan tidur seperti apnea tidur obstruktif, atau tidak tidur selama beberapa hari, dia akan mengalami defisiensi tidur yang akan kian menyulitkan otaknya untuk berfungsi.
3. Faktor ketiga berhubungan dengan ritme sirkadian tidur - jam dalam tubuh manusia yang mengatakan "sekarang tengah malam" atau "sekarang fajar". Tugas ini dilakukan oleh jam neurologi yang disebut "circadian pacemaker". Dialah yang memberi tahu tubuh kita kapan “malam” dan kapan "siang". Karena itu, pekerja shift mungkin merasa lelah terus-menerus karena mereka tidur siang selama beberapa hari, kemudian beralih tidur malam selama beberapa hari berikutnya.
4. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi kinerja adalah apa yang disebut "sleep inertia". Ini adalah perasaan tidak siap yang dirasakan kebanyakan orang saat pertama kali terbangun. Seperti halnya mesin mobil, otak perlu waktu "pemanasan" saat kita bangun. Bagian otak yang bertanggung jawab atas konsolidasi memori tidak berfungsi optimal selama 5 hingga 20 menit setelah kita terbangun dan tidak mencapai efisiensi puncaknya selama beberapa jam. Terdapat masa transisi antara waktu saat kita terbangun dan waktu saat otak kita sepenuhnya berfungsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar