Jumat, 20 November 2009

Dampak Global Warming Pada Hewan

Apa dampak global warming terhadap kesejahteraan dan kesehatan hewan? Ilmuwan telah meyakini bahwa suhu bumi yang semakin tinggi akan mempercepat hilangnya spesies-spesies hewan dari muka bumi.

Global warming pada skala global dan regional diprediksi akan merubah distribusi spesies, sejarah hidup spesies, komposisi komunitas, dan juga fungsi ekosistem.
Selain itu, merebaknya penyakit infeksius pada beberapa hewan domestik maupun hewan liar yang disebabkan oleh global warming telah menjadi bukti bahwa ancaman global warming terhadap kesehatan hewan benar-benar sudah ada di depan mata.

Bukti pertama.
Merebaknya penyakit Bluetongue di dataran Eropa antara tahun 1998-2005. Penyakit ini telah membunuh lebih dari 1.5 juta ekor domba dan menyebabkan periode ini sebagai periode wabah bluetongue terlama dan terbesar dalam sejarah Eropa.
Lima serotipe virus bluetongue diketahui telah menginvasi Eropa pada periode ini. Kasus wabah bluetongue ini terjadi di beberapa negara atau wilayah yang sebelumnya dilaporkan sama sekali tidak pernah terdapat kasus Culicoides-borne arboviral disease, seperti Turki, dataran Yunani, Bulgaria, beberapa negara Balkan, dataran Italia, Sicily dan Sardinia, Corsica, kepulauan Balearic, dan Tunisia. Kejadian ini sekarang dihubungkan dengan kejadian pemanasan global di wilayah Eropa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, terindikasi bahwa penyebaran dramatis dari vektor Culicoides imicola ke wilayah yang tidak pernah mengalami infeksi bluetongue sebelumnya atau transimisi virus bluetongue oleh vektor baru, C. obsoletus dan C. pulicaris, hanya terjadi di area-area yang secara nyata mengalami pemanasan suhu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan langsung antara kemunculan bluetongue di Eropa dengan global warming.

Bukti kedua.
Adanya keterlibatan global warming terhadap punahnya 67% dari sekitar 110 spesies katak Atelopus sp. dari pegunungan Costa Rica akibat infeksi fungi patogen Batrachochytrium dendrobatidis sekitar 20 tahun lalu.
Atelopus sp merupakan spesies katak endemis di wilayah tropis benua Amerika. Analisa hubungan periode kepunahan terhadap perubahan level permukaan laut dan suhu udara menunjukkan bahwa pemanasan global telah menyebabkan suhu lingkungan pada sebagian besar pegunungan-pegunungan di wilayah Amerika Selatan dan Tengah bergerak mendekati suhu optimum pertumbuhan fungi pathogen B. dendrobatidis sehingga menyebabkan wabah dan mengakibatkan punahnya sebagian spesies Atelopus sp.

Dua kasus di atas telah memperlihatkan bahwa dampak negatif global warming terhadap kejadian penyakit pada hewan adalah nyata. Tidak hanya itu, peristiwa El Nino-Southern Oscillation, salah satu fenomena alam yang juga dipengaruhi oleh global warming, diketahui juga berpengaruh pada patogen yang hidup di laut yang menyebabkan penyakit pada oyster dan coral.

Walaupun sampai saat ini bukti keterlibatan global warming terhadap wabah penyakit menular pada hewan domestik baru ditunjukkan oleh munculnya wabah bluetongue di dataran Eropa yang telah disebutkan di atas, kita harus tetap waspada terhadap kemunculan-kemunculan wabah penyakit lainnya jika tidak ada usaha-usaha untuk memperlambat laju global warming.
Banyak penyakit penting hewan domestik yang baik kemunculannya atau pun siklus hidup agen penyebabnya secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca, seperti suhu dan kelembaban udara.
Misalnya :Anthrax. Suhu, kelembaban udara, dan kelembaban tanah mempengaruhi keberhasilan germinasi dari spora Bacillus anthracis. Wabah biasanya berhubungan dengan perubahan musim hujan dan kemarau, serta suhu lingkungan yang tinggi.

Haemorrhagic septicaemia (pasteurellosis). Agen penyebab, Pasteurella multocida, dapat bertahan hidup di luar tubuh inang pada lingkungan yang lembab dan kejadian penyakit biasanya terjadi pada musim hujan.

Haemonchosis. Kemampuan hidup telur dan larva dari Haemonchus contortus, sampai mereka termakan oleh inang, bergantung pada suhu dan kelembaban. Pada kondisi lingkungan yang hangat dan kelembaban yang moderat, larva dapat hidup berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.

Masih banyak lagi penyakit-penyakit pada hewan domestik dan hewan liar yang kemunculannya atau pun siklus hidup vektor dan agen penyebabnya dipengaruhi oleh faktor suhu dan kelembaban lingkungan.
Sehingga, perubahan cuaca akibat global warming dapat mempengaruhi waktu kemunculan wabah ataupun intensitas wabah dari penyakit-penyakit tersebut.
(sumber: vetopia.wordpress)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar